Bos memiliki tanggung jawab
besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan, jadi bukan
tanggung-jawabnya untuk menyenangkan stafnya. Benarkah begitu? Tidak
selalu demikian. Walaupun pertumbuhan (growth) perusahaan
dengan kenyamanan jarang berjalan beriringan, namun sebenarnya bukan
berarti sebagai pemimpin tim yang sedang tumbuh pesat Anda tidak bisa
menjadi pemimpin yang disukai oleh staf.
Apalagi telah terbukti bahwa karyawan yang bahagia, akan jauh lebih
produktif serta loyal terhadap perusahaan. Kepemimpinan sendiri adalah
seni sekaligus keahlian. Anda bisa menjadi pemimpin yang efektif dan
berpengaruh dalam membawa tim menuju kinerja yang maksimal, tetapi juga
disukai dan dihormati oleh seluruh anggota. Ini caranya:
1. Tampil selayaknya
Tampil berwibawa tapi down-to-earth
merupakan keseimbangan yang sulit untuk dipertahankan. Sebaiknya sih,
Anda tidak terjebak dengan menjaga jarak perbedaan dengan hal-hal yang
simbolik seperti berpakaian lebih formal (lebih mahal), pemesanan tempat
parkir khusus, atau memesan makan siang mewah.
Sebaliknya, sebagai atasan sebaiknya memilih pembeda yang lebih
bermakna, seperti menjadi orang yang pertama datang dan terakhir pulang,
atau pribadi yang kerap menunjukkan antusiasme tanpa henti. Pada saat
yang sama, menahan diri untuk berhubungan lebih akrab tetapi ‘palsu’
dengan meminta bergabung bersama staf untuk makan siang, atau sering hang out seputar jam kerja.
Biarkan hubungan antara Anda dan staf berkembang secara alami. Ada
banyak cara membangun hubungan harmonis dengan staf Anda melalui
rutinitas kantor. Dan yang paling efektif, adalah dengan memberi contoh
yang baik dalam urusan profesional. Atau menjadi orang terpercaya dalam
membantu staf dalam mitigasi masalah.
Hindari menjadi Mario Teguh dengan menghamburkan kata-kata pembangkit
semangat. Maksudnya mungkin baik, menyemangati karyawan, tetapi staf
butuh bimbingan dan contoh soal yang nyata bukan jargon kosong, apalagi
kutipan moto orang-orang sukses lainnya. Mereka bisa mendapatkan atau
bahkan sudah dibanjiri oleh semua hal tersebut melalui media sosial saat
ini.
2.Budayakan kritik yang membangun
Ini merupakan aturan yang lebih sulit
untuk diikuti bagi para pemimpin daripada karyawan. Tak sedikit lho, bos
yang mencoba untuk menerapkan budaya yang menyambut umpan balik
konstruktif, hanya kadang mereka kehilangan fokus lalu mendamprat atau
“mengucilkan” karyawan yang bermaksud baik untuk mengkritik.
Anda harus menunjukkan kepada staf kejujuran dan komitmen untuk menerima kritik dengan elegan.
3.Gunakan pesaing sebagai motivator
Jika Anda mulai merasakan penurunan moral
di kantor, atau ketidakpuasan umum, mengalihkan perhatian kepada
kompetitor eksternal dapat menjadi cara yang bagus untuk menengahi
ketegangan.
Anda bisa menghabiskan waktu berbicara tentang kompetitor dan
mendorong mereka untuk memberikan solusi yang bisa mengalahkan
kompetitor. Anda harus bisa merangkul keinginan mereka untuk menang, dan
kebanggaan menjadi bagian dari perusahaan yang memimpin pasar.
Ini adalah teknik motivasi, sebagai tim seringnya lebih termotivasi
melakukan kerja lebih baik ketika mereka mendapat dorongan dari
kekuatan eksternal. Seperti hampir semua orang besar dengan kisah
kepahlawanan fiktif maupun nyata, kehidupan kita cenderung berputar
kepada hal mendasar yang sangat sederhana: pahlawan dan penjahat.
Memberi mereka penjahat yang tepat, dan Anda akan meningkatkan
kesempatan untuk menjadi pahlawan.
4. Hadiah dan barang gratisan
Secara umum orang suka dengan hadiah dan
menyukai orang yang memberikan mereka hadiah. Tak ada salahnya mengambil
keuntungan dari ini, tampil menjadi sumber sukacita dan kemurahan hati.
Praktik ini lebih dari sekadar membagi-bagikan t-shirt perusahaan, atau hadiah parcel yang diterima perusahaan.
Berikan sesuatu yang berkesan yang mereka akan ingat terus. Hadiah
makan siang gratis, undian, dan hal-hal kecil lainnya penting. Tetapi
suatu kali berikan hadiah besar yang juga sangat berguna untuk
merangsang loyalitas psikologis. Mungkin, sebuah tablet atau smart phone terbaru untuk karyawan berprestasi tahun ini?
5. Meminta bantuan kecil kepada staff
Semua orang ingin merasa dibutuhkan, dan
perasaan dibutuhkan oleh tim akan meningkatkan loyalitas kepada tim dan
atasan. Cara efektif mendekati karyawan Anda adalah meminta mereka untuk
melakukan sebuah pekerjaan kecil di luar pekerjaan rutin mereka. Tetapi
hati-hati, jangan terjebak pada kesan Anda hanya menambah beban kerja
dengan memberi tugas-tugas yang tidak penting.
Indikator terbaik untuk tugas kecil ini adalah, Anda tahu pasti bahwa
staf tersebut menguasai tugas itu, dan mampu untuk menyelesaikannya
dalam waktu singkat. Misalnya, Anda akan meeting dengan sebuah
perusahaan, lembaga atau klien. Jika Anda tahu ada anggota tim yang
punya pengalaman berhubungan dengan pihak itu, panggil dia dan mintai
saran serta analisa mengenai cara terbaik berkomunikasi dan melobi
pihak-pihak itu.
Atau Anda sedang mengerjakan pekerjaan yang terkait bidang ilmu tertentu, seperti perpajakan, public relations, psikologi, dan lain-lain, mintai saran dan masukan dari anggota tim yang memang menguasai.
6. Meminta maaf secara publik atas kesalahan Anda
Permintaan maaf yang tulus atas kesalahan
yang Anda buat, akan sangat menyentuh hati karyawan Anda. Sekali lagi,
ini memerlukan pertimbangan taktis. Fokuslah pada kesalahan berukuran
sedang, dan frekuensi permintaan maaf yang sesuai. Jangan lakukan itu
pada kesalahan-kesalahan kecil, karena sebentar-sebentar meminta maaf
juga akan membuat hal ini tak berarti.
Bravo Team Leader !!!