Jum'at 27 March 2008, disaat kita sedang tertidur pulas diatas kasur yang empuk, disaat kita sibuk browsing di internet, disaat kita bangun untuk menunaikan shalat subuh, disaat itu pulalah beberapa saudara kita bergelut dengan sakratul maut yang diperantarai oleh Sang Gelombang Maut Situ Gintung.
Situ Gintung yang mempesona itu dan ramah itu tiba - tiba mengeluarkan amarahnya dengan menjebol dam yang terbuat dari besi baja yang konon kabarnya dibuat oleh pemerintah belanda sekitar tujuh puluh tahun yang silam. Situ artinya dalam bahasa betawi adalah tempat penampungan air / reservoar akibat hujan. Dan Situ Gintung ini dibuat oleh pemerintah Belanda dalam rangka menampung air hujan agar dapat mengairi sawah dan ladang penduduk pada saat itu selain sebagai penyangga air agar tidak meluap ke ibukota.
Akan tetapi pagi itu bendungan Situ Gintung tidak mampu lagi menahan kekuatan potential dari air yang ditampungnya sehingga menjebol pertahanan kekuatan bendungan yang terbuat dari baja itu.
Hampir mendekati angka seratus orang saudara - saudara kita yang menghembuskan napas terakhirnya pagi itu, hampir seratus rumah penduduk rata dengan tanah dan hampir puluhan lainnya luka - luka ringan dan berat harus dirawat di rumah sakit.
Bagi korban yang selamat tentu hal ini akan menjadi sejarah pahit hidupnya dengan dibayangi trauma yang panjang akan kejadian naas itu. Mereka telah kehilangan orang - orang yang tercinta, mereka telah kehilangan harta benda yang dengan susah payah dikumpulkan selama bertahun - tahun lenyap seketika dihantam oleh Sang Gelombang Maut Situ Gintung.
Ajal memang ditangan Sang Kuasa, tetapi musibah yang datang ini dilantari oleh kelalaian para pemimpin kita dalam mengelola lingkungan, lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian musibah ini ? Sampai sekarang belum ada satu pemimpinpun merasa bertanggung jawab atas musibah ini.
Para pemimpin sibuk saling lempar tanggung jawab atas musibah ini dan yang paling ironisnya ketika Sang Presiden bertanya mengapa ini terjadi ? Dijawab oleh para pembantunya dengan alasan yang sedikit diluar perkiraan kita yaitu karena curah hujan yang luar biasa dan disertai hujan es. Sungguh suatu jawaban yang kurang pas untuk ukuran seorang pemimpin.
Jelas Situ Gintung adalah tempat penampung air akan tetapi mengapa sampai jebol ? Benar karena tidak kuat menahan air, mengapa tidak kuat kuat menahan air ? Karena faktor usia bendungan yang telah uzur untuk menahan kekuatan air yang melebihi kapasitas. Kalau demikian jelas masalahnya karena faktor usia, lalu apa tindakan para pemimpin untuk mengantisipasi jika bendungan menerima air yang berlebihan itu ?
Semakin jelas bahwa karena tidak adanya tindakan preventif yang dilakukan para pemimpin untuk mengatasi hal ini. Mungkin para pemimpin lebih disibukkan dengan mengurusi proyek Sekolah Unggulan yang sesungguhnya belum diperlukan atau karena terlalu disibukkan mengurusi partai yang menjelang pemilu sebentar lagi ? Atau karena disibukkan membangun kanal barat dan timur ? Apapun alasannya ini adalah suatu kelalaian tugas dan kelalaian dalam menganalisa masalah, tinggal siapa yang berani secara ksatria mengakui kesalahan akan musibah ini.
Tak kurang dari Sang Presiden dan Wakil Presiden beserta para menteri terkait turun langsung kelapangan melihat dan menunjukkan rasa simpatinya pada korban dan keluarga. Sesungguhnya mereka tidak lagi membutuhkan perhatian dan simpati dari kita akan tetapi mereka membutuhkan uluran tangan dari kita semua untuk membantu meringankan beban mereka atau dengan kata lain mereka butuh tindakan nyata bukan retorika.
Mereka butuh kepastian bagaimana menyambung hidup, bagaimana mereka tinggal, bagaimana perut mereka kenyang, bagaimana masa depan mereka, bagaimana mereka kembali bersekolah, bagaimana mereka hidup sehat ? Semua pertanyaan itu membutuhkan keputusan yang cepat dari para pemimpin. Jangan sampai nasib mereka akan sama dengan saudara - saudara pendahulunya yaitu korban lumpur lapindo yang sampai sekarang belum jelas akhirnya.
Mari kita bantu saudara - saudara kita yang tertimpa musibah ini dengan segera dan segala cara dan untuk korban Gelombang Maut Situ Gintung ini semoga ditabahkan hatinya,l ditambahkan kesabarannya dalam menghadapi musibah ini.
Semoga Sang Pemimpin tahu apa yang diharapkan oleh rakyatnya. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar