Oleh : Farida Syarwani
Mahalnya Sebuah Kesehatan, menurut opini saya adalah tulisan yang paling menarik di blog bapak. Sebelumnya saya pribadi minta maaf, tidak menjenguk bapak ketika bapak sakit, karena saya menanyakan teman2 yang lain, kapan mereka akan menjenguk bapak ? intinya, saya ingin pergi berbarengan dengan teman2. Alhasil menurut jawaban dari salah satu teman, bapak tidak mau dijenguk, makanya saya urungkan niat saya untuk menjenguk the big bos.
BTW, kembali kepermasalahan, saya sebagai bagian dari bangsa ini merasa "miris" ketika membaca di sebuah harian media cetak, ada pasien yang ditinggalkan di pinggir jalan, karena positif terinfeksi virus mematikan dan tidak ada biaya pengobatan. Saat ini posisi saya hanya sebagai seorang mahasiswi tingkat akhir, yang sedang bergulat dalam proses tugas akhir berseru.... dalam ilmu HI (hubungan internasional) actor state sebagai pembuat kebijakan negara sudah seharusnya peka terhadap stimulan negativ yang beredar dilingkungan masyarakatnya.
Pada era pemilu para actor state menggumbar janji2 kosong kepada rakyat dengan maksud rakyat memilih mereka sebagai "supporter" mereka kelak di gedung yang dinamai gedung representative. Kenyataannya setelah mereka mendapatkan "goal" dari tujuan mereka, janji sumpah serapah berubah menjadi korupsi, yang ujung2 nya masuk pengadilan tipikor. Ada lagi wakil rakyat yang mesum dengan artis "pesanan pemilu" , tetapi ada juga wakil rakyat yang rela "dijotos" sampai meregang nyawa, akibat ulah premanisme masyarakat. Pertanyaan ? siapakah yang salah. Apakah rakyat telah salah, mengapa memilih wakil rakyat yang asal-asalan. Atau pemerintah yang salah, atau aparat, KPK yang tidak bisa menjalankan tugas dengan baik, karena masih banyak "hantu2 korupsi" yang masih berseliweran ke mall, ke hotel and etc.
Pengalaman lain ketika penulis mengantarkan ayahanda ketika dioperasi jantung di RS Adventist Malaysia di Penang. Alhamdulilah biaya ayahanda ditanggung oleh perusahaan . Jadi total biaya waktu itu sekitar hampir 60 jt, 40 jt ditanggung perusahaan dan sisanya alhamdulilah kami membayar dari tabungan. Saat itu, teman sekamar ayahanda yang sama2 berasal dari Aceh divonis sakit kanker rahim dan harus diangkat. Setelah proses operasi berjalan dengan baik, ternyata si pasien yang telah diangkat rahimnya, didiagnosa ulang dan ditemukan kembali penyakit baru yang diperlukan perawatan intensif agar sembuh.
Setelah mendengar penyakit barunya, si pasien menangis dan berkata terbata..bata.., Bapak dokter yang terhormat terimakasih telah menyembuhkan penyakit kanker saya, saya bisa ke Malaysia dan bisa dioperasi disini, dari hasil jual tanah, jual rumah dan beberapa ekor sapi. Sekarang saya sudah tidak punya apa-apa hanya Ridho Allah yang saya harapkan semoga saya kuat menghadapi ujian yang diberikan kepada saya, jadi untuk perawatan selanjutnya saya tidak bisa Pak Dokter,.. saya pilih pulang saja. Toh umur manusia sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, Dokter hanya penyambung tangan dari Allah saja. Mendengar tangisan sang pasien, dokter yang keturunan China yang memakai kalung itu hanya diam, dan berkata.. baiklah akan kami sampaikan kepada Direktur rumah Sakit ini, mohon menunggu sampai keputusan ditetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar