SELAMAT DATANG ANAK BANGSA PEMIMPIN MASA DEPAN


Jumat, 20 Maret 2009

Saudaraku Sayang Saudaraku Malang


Dipagi hari yang ceria ini hati kecil kita menangis ketika melihat saudara - saudara kita yang menderita lahir dan bathin karena korban Lumpur Lapindo disalah satu acara berita televisi nasional digendong dan digotong kedalam mobil aparat keaamanan ketika mereka berdemo didepan istana negara kemarin malam. Mereka dipindahkan karena berdemo didepan istana negara dengan cara tidur semalaman terlentang ditengah jalan sehingga dianggap mengganggu ketertiban umum dan pemandangan.

Apapun alasannya memang yang mereka lakukan adalah hal yang tidak patut dan tidak wajar yang dilakukan oleh seorang warga negara, apalagi demo yang dilakukan adalah didepan istana negara simbol dari eksistensi dan kehormatan bangsa dan negara yang besar ini. Tetapi pernahkah kita berfikir mengapa mereka melakukan hal yang telah melewati batas kewajaran dan kepatutan ini ?

Diiringi jeritam histeris dan isak tangis pihak keamanan dengan cara - cara yang cukup simpatik berhasil memindahkan mereka kedalam bis tanpa harus melakukan tindakan - tindakan yang bersifat represif. Tampak pihak keamanan benar - benar menyadari akan tanggung jawab dan tugasnya dalam menghadapi rakyatnya. 

Patut kita acungkan jempol dan dicontoh, bagaimana pihak keamanan yang telah melakukan tugasnya dengan baik dalam mengayomi dan melayani masyarakat. Terutama untuk  Sang Pimpinan Kapolres sendiri turun langsung berbicara dan memimpin acara evakuasi ini yang cukup simpatik ini.

Kurang lebih tiga tahun sudah tragedi Lumpur Lapindo berlalu, tetapi penyelesaian dan penanggulangannya belum juga usai. Para ahli - ahli kita, para ilmuan - ilmuan kita, para pemikir - pemikir kita sedang berfikir keras bagaimana caranya mengatasinya dan entah sampai kapan akan selesai hanya yang maha kuasa yang tahu ? Tak lebih dari para ahli pengeboran dari luar negeri telah didatangkan untuk menyelesaikannya akan tetapi ternyata masih belum ada yang mampu menaklukkan Sang Lumpur Ganas yang telah merenggut kehidupan dan trauma masyarakat yang berkepanjangan.

Kurang lebih tiga tahun itu pulalah saudara - saudara kita kehilangan keceriaannya, kehilangan mata pencahariannya sebagai penopang hidup, kehilangan harta benda yang telah dikumpulkannya dengan susah payah selama bertahun - tahun, kehilangan / tercerai berainya sanak saudara yang dicintai, kesemua yang disayangi dan dicintai ini lenyap seketika ditelan Sang Lumpur tanpa kompromi.

Entah siapa yang bersalah atau yang harus disalahkan yang jelas masyarakat dihadapkan pada penderitaan yang berkepanjangan. Tak kurang para Sang Pejabat, Sang Wakil Rakyat, bahkan Sang Presiden telah ikut turun tangan dalam membantu dan menyelesaikan penderitaan rakyat. Akan tetapi sangat disayangkan karena sampai hari ini penyelesaiannya masih belum tuntas / menemui titik terang.

Air mata yang dikeluarkan merupakan air mata derita yang akan terekam dalam sejarah kehidupan pahit mereka, mereka seperti ditelantarkan begitu saja tanpa suatu kepastian yang ada ujungnya. Janji - janji yang mereka dapatkan dari Sang Penguasa selalu molor dari yang telah disepakati, lalu siapa lagi yang akan menyelesaikannya kalau bukan Sang Pemimpin Negeri ini.

Para Pemimpin yang bijak seharusnnya segera menyelesaikan persoalan ini. Mungkin kita tidak terlalu memikirkannya karena kita tidak mengalami tragedi seperti mereka. Berita dan dikoran yang mengabarkan tentang mereka sering hanya kita anggap sebagai hiburan sehari - hari pengantar kita bekerja, bersantai dan tidur.

Mungkin kalau kita boleh berandai - andai seperti berikut : Andainya rumah yang tenggelam itu  terjadi pada rumah kita ? Andainya sawah ladang itu yang untuk menghidupi keluarga terjadi pada sawah dan ladang kita ? Andainya kampung halaman yang tenggelam itu terjadi pada kampung halaman kita ? Andainya sekolah - sekolah yang tenggelam itu terjadi pada sekolah anak - anak kita ? Andainya Harta benda yang tenggelam itu terjadi pada harta benda kita ? Maka sangatlah diyakini dan dipastikan Air Mata penderitaan kita akan mengalir sederas - derasnya seperti Air Mata saudara kita yang sekarang dan kita juga yakin kita akan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan sekarang bahkan mungkin lebih dari itu.

Mungkin kalau kita mau mencoba untuk membayangkan sedikit saja tentang : Bagaimana kalau kita tinggal dipengungsian tanpa fasilitas yang memadai ( MCK yang tidak mencukupi dan tidak bersih ) ? Bagaimana rasanya badan kita tidur tanpa bantal dan kasur yang empuk ? Bagaimana rasanya badan kita tidur ditemani oleh nyamuk ? Bagaimana rasanya badan kita kalau tidak cukup makan ? Bagaimana jiwa kita yang terbiasa tinggal dirumah milik sendri kini tinggal dipengungsian yang tidak jelas keamanan dan kenyamanannya ? Maka sangatlah diyakini dan dipastikan kitapun akan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan sekarang bahkan mungkin lebih dari itu.

Dimana Suara Para Pemimpin yang pada saat kampanye dahulu selalu dekat dan mengharapkan suara dari mereka ? Dimana Suara Para Pemimpin yang katanya mewakili daerah pemilihan tempat mereka tinggal ? Dimana Suara Para Penguasa tempat mereka menggantungkan harapan dan kehidupan ? Keluarlah, Lihatlah, Rasakanlah penderitaan mereka. Berbuatlah sesuatu yang pasti terhadap mereka, mereka sudah kehilangan yang disayanginya, mereka telah lelah untuk berbicara, mereka telah stress memikirkan masa depan, karena mereka pada hakikatnya sama seperti kita tidak lebih dari seonggok daging dan tulang belulang yang terbungkus kulit yang harus mengabdi kepada Sang Pencipta Alam Semesta.

Entah sampai kapan penderitaan saudara - saudaraku berakhir ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar