SELAMAT DATANG ANAK BANGSA PEMIMPIN MASA DEPAN


Senin, 09 Maret 2009

Nasi Aking Vs Mercy


Beberapa waktu yang lalu urat saraf kita dikejutkan dengan masih ada segelintir masyarakat kita yang masih mengkonsumsi Nasi Aking. Mungkin kebanyakan dari kita tidak mengetahui apa sih Nasi Aking itu ?

Nasi Aking adalah nasi yang berasal dari kerak nasi yang telah dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direbus atau dikukus kembali untuk dikonsumsi. Bukan main ironisnya, kok indonesia yang katanya negeri kaya raya masih dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakatnya ada yang masih mengkonsumsi Nasi Aking ini.

Sudah pasti tidak ada satu orangpun yang sudi mengkonsumsi barang ini apabila masih ada pilihan lain. Ternyata memang mereka tidak diberikan pilihan lain selain Nasi Aking. 

Yang kita tidak habis pikir disaat banyak para pemimpin yang mengklaim keberhasilan dalam memimpin tetapi pada kenyataan sangatlah menyedihkan. Bagaimana mereka dengan lantangnya sudi mengatakan bahwa kita telah berswasembada beras ? Kemajuan pertumbuhan ekonomi kita menunjukan angka positif berkisar 3.5% ? Stimulus ekonomi kita bertambah baik dari tahun sebelumnya ? Sementara yang kita lihat lihat dengan mata kepala kita sendiri apa yang masih dikonsumsi oleh rakyatnya.

Jelas apa yang diperlihatkan di televisi baru - baru ini bukanlah isapan jempol atau gosip, tetapi hal ini adalah realitas agar para pemimpin kita lebih tahu diri dalam mengklaim keberhasilannya. Tepatnya di Desa Karanghantu yang tidak jauh dari pusat kekuasaan lebih kurang hanya dua jam ditempuh dalam perjalanan darat.

Desa Karanghantu ini merupakan salah satu desa percontohan matinya kontrol oleh para pemimpin negeri ini, lalu bagaimana dengan desa - desa lainnya yang lebih jauh / terpencil dari pusat kekuasan ? Suatu pertanyaan yang sulit utnuk diungkapkan.

Sementara tidak jauh dari rakyat kita yang dengan terpaksa mengkonsumsi Nasi Aking ini, mobil - mobil mewah sepeti Mercy berseliweran dengan gaya khasnya menunjukkan suatu kemegahan / kemenangan terhadap perkembangan zaman. Sungguh sangat kontradiksi diantara keduanya.

Apakah kemajuan / keberhasilan pembangunan kita hanya diukur oleh banyaknya mobil mewah berseliweran itu ? Atau diukur dari banyak apartemen yang menjamur bak dimusim hujan ? Atau banyaknya menara BTS yang terpasang hampir disetiap sudut kota dan desa tanpa terkendali ?

Mungkin kalau pada saat penjajahan kita kurang makan atau dengan kata lain sampai mengkonsumsi Bulgur atau saudaranya Nasi Aking, mungkin masih masuk katagori logis karena kita masih disibukkan untuk mencapai kemerdekaan. Tetapi kini Indonesia telah merdeka bahkan konon katanya sudah swasembada beras, mengapa hal ini masih terjadi ?

Kalau pada saat penjajahan kita sulit mencari bahan makanan karena tidak ada uang, sekarang ada uangpun kita sulit mendapatkan barang - barang itu karena ketidakmampuan dalam membeli alias daya beli masyarakat yang masih lemah.

Hal ini disebabkan para pemimpin kita masih mempunyai mental MINTA DILAYANI bukan mental MELAYANI. Mungkin kata - kata ini berlebihan untuk para pemimpin kita, tetapi inilah realitas yang kita hadapi.

Kemanakah hati nurani para pemimpin kita ? Kemanakah mata dan telinga para pemimpin kita ? Kemanakah rasa kepekaan / empati para pemimpin kita ? Sehingga mereka lalai atau bahkan lupa dengan rakyatnya. Para pemimpin kita lebih disibukkan untuk mengurusi diri sendiri atau mengurusi partainya. Padahan mereka lupa bahwa pada saat mereka dianggkat menjadi pemimpin bahwa RAKYAT lah yang memilih mereka, bukan partai atau diri mereka sendiri.

Jikalau para pemimpin negeri ini tahu betapa harga - harga makin menggila dipasar ? Jikalau para pemimpin negeri ini tahu daya beli masyarakat masih lemah ? Jikalau para pemimpin di negeri ini tahu bagaimana caranya menurunkan harga ? Jikalau para pemimpin negeri ini mau melayani dengan baik dan ikhlas rakyatnya ? Jikalau para pemimpin negeri ini mau turun kebawah ? Jikalau para pemimpin negeri ini ada televisi ? Pasti mereka akan MALU untuk mengatakan keberhasilan mereka.

Ingatlah bahwa setiap kematian yang disebabkan oleh kelaparan, maka Sang Pemimpinlah yang harus bertanggung jawab.

Semoga bangsaku ini menjadi bangsa yang besar, semoga !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar